Zinedine
Zidane. Namanya jarang dicantumkan ketika ada pembahasan tentang siapa pesepak
bola terbaik di dunia. Dari era Pele, Johan Cruyff, Diego Maradona, hingga
Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.
Namun,
nama Zidane selalu ada dalam kelompok pemain sepak bola terbaik yang pernah
ada di dunia. Bukan semata karena skill
dan kelengkapan gelar juara yang ia miliki, juga perannya sebagai individu yang
menjadi bagian tim.
Sebagai
pemain, Zidane sudah merasakan gelar juara Liga Italia bersama Juventus
(1996/97 dan 1997/98) dan Real Madrid (2002/03). Untuk level kompetisi teratas
antarklub Eropa, Zidane meraih gelar juara Liga Champions saat berkostum Real
Madrid (2001/02).
Bersama
timnas Prancis, Zinedine Zidane memimpin Les Blues menjuarai Piala Dunia 1998
dan Piala Eropa 2000. Ia pensiun tahun 2006.
Ketika
berpindah panggung menjadi pelatih, Zidane membawa Real Madrid menjuarai Liga
Spanyol 2016/17 serta secara spektakuler hattrick Liga Champions (2015/16,
2016/17, dan 2017/18).
Sungguh
tidak mudah berpindah haluan menjadi pelatih dan meneruskan jejak kesuksesan
sebagai pemain. Contoh paling mudah adalah Pele dan Diego Maradona.
Masih
ingat bagaimana kondisi timnas Argentina ketika Maradona menjadi pelatih,
termasuk situasi di Piala Dunia 2010? Argentina terhenti di babak perempat
final akibat kekalahan telak dari Jerman (0-4).
Saat
itu, saya memakai istilah bumbu gado-gado yang tidak pas sebagai racikan taktik
Maradona ketika ia memiliki pemain-pemain berkualitas layaknya sayuran segar
dan sehat, seperti Lionel Messi, Carlos Tevez, Sergio Aguero, Gonzalo Higuain, Angel
Di Maria hingga Walter Samuel.
Zidane
sukses sebagai pemain, sukses pula sebagai pelatih. Apa rahasianya? Banyak dan
beragam jawabannya. Tapi, coba kita telaah ucapan Iker Casillas, legenda sepak
bola Spanyol dan eks kapten Real Madrid.
“Zidane
tampak selalu menguasai berbagai situasi yang di sekitarnya. Ia pelatih muda
yang punya hubungan erat dengan para pemain,” ucap Casillas kepada perwakilan
La Liga.
Tak
hanya itu, Zidane dipuji karena sesungguhnya ia senang melihat seorang pemain
muda menjadi bintang lapangan.
Ya,
pujian tak lagi miliknya, seperti yang selama ini ia rasakan saat berkeringat
di lapangan. Tak mudah lho bertukar peran
ketika Anda pernah berada di puncak kejayaan dan memiliki segalanya sebagai
pemain.
Menurut
Casillas, lakon Zidane persis seperti mantan pelatih Real Madrid, Vicente del
Bosque.
“Del
Bosque tidak pernah menjadi pelatih yang ingin mendapatkan perhatian publik. Ia
lebih senang bila pemainnyalah yang menjadi sorotan terkait pertandingan. Karakter
Zidaner sangat mirip dengan Del Bosque,” kata Iker Casillas lagi.
Zidane
sudah mendapatkan kejayaan sebagai pemain dan pelatih di klub, mungkin akan menyusul
sebagai pelatih tim nasional Prancis. Zidane pun tahu bagaimana menjaga kejayaan
itu saat ia bertukar peran dari pemain menjadi pelatih.
Zidane
memberi pesan bahwa bintang sesungguhnya adalah mereka yang tak berhenti berkeringat
sejak latihan hingga pertandingan.#