Wednesday, April 3, 2019

Zinedine Zidane, Del Bosque, dan Maradona


Zinedine Zidane. Namanya jarang dicantumkan ketika ada pembahasan tentang siapa pesepak bola terbaik di dunia. Dari era Pele, Johan Cruyff, Diego Maradona, hingga Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.

Namun, nama Zidane selalu ada dalam kelompok pemain sepak bola terbaik yang pernah ada di dunia. Bukan semata karena skill dan kelengkapan gelar juara yang ia miliki, juga perannya sebagai individu yang menjadi bagian tim.
Sebagai pemain, Zidane sudah merasakan gelar juara Liga Italia bersama Juventus (1996/97 dan 1997/98) dan Real Madrid (2002/03). Untuk level kompetisi teratas antarklub Eropa, Zidane meraih gelar juara Liga Champions saat berkostum Real Madrid (2001/02).
Bersama timnas Prancis, Zinedine Zidane memimpin Les Blues menjuarai Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000. Ia pensiun tahun 2006.
Ketika berpindah panggung menjadi pelatih, Zidane membawa Real Madrid menjuarai Liga Spanyol 2016/17 serta secara spektakuler hattrick Liga Champions (2015/16, 2016/17, dan 2017/18).
Sungguh tidak mudah berpindah haluan menjadi pelatih dan meneruskan jejak kesuksesan sebagai pemain. Contoh paling mudah adalah Pele dan Diego Maradona.
Masih ingat bagaimana kondisi timnas Argentina ketika Maradona menjadi pelatih, termasuk situasi di Piala Dunia 2010? Argentina terhenti di babak perempat final akibat kekalahan telak dari Jerman (0-4).
Saat itu, saya memakai istilah bumbu gado-gado yang tidak pas sebagai racikan taktik Maradona ketika ia memiliki pemain-pemain berkualitas layaknya sayuran segar dan sehat, seperti Lionel Messi, Carlos Tevez, Sergio Aguero, Gonzalo Higuain, Angel Di Maria hingga Walter Samuel.

Zidane sukses sebagai pemain, sukses pula sebagai pelatih. Apa rahasianya? Banyak dan beragam jawabannya. Tapi, coba kita telaah ucapan Iker Casillas, legenda sepak bola Spanyol dan eks kapten Real Madrid.
“Zidane tampak selalu menguasai berbagai situasi yang di sekitarnya. Ia pelatih muda yang punya hubungan erat dengan para pemain,” ucap Casillas kepada perwakilan La Liga.
Tak hanya itu, Zidane dipuji karena sesungguhnya ia senang melihat seorang pemain muda menjadi bintang lapangan.
Ya, pujian tak lagi miliknya, seperti yang selama ini ia rasakan saat berkeringat di lapangan. Tak mudah lho bertukar peran ketika Anda pernah berada di puncak kejayaan dan memiliki segalanya sebagai pemain.
Menurut Casillas, lakon Zidane persis seperti mantan pelatih Real Madrid, Vicente del Bosque.
“Del Bosque tidak pernah menjadi pelatih yang ingin mendapatkan perhatian publik. Ia lebih senang bila pemainnyalah yang menjadi sorotan terkait pertandingan. Karakter Zidaner sangat mirip dengan Del Bosque,” kata Iker Casillas lagi.
Zidane sudah mendapatkan kejayaan sebagai pemain dan pelatih di klub, mungkin akan menyusul sebagai pelatih tim nasional Prancis. Zidane pun tahu bagaimana menjaga kejayaan itu saat ia bertukar peran dari pemain menjadi pelatih.
Zidane memberi pesan bahwa bintang sesungguhnya adalah mereka yang tak berhenti berkeringat sejak latihan hingga pertandingan.#