Monday, September 16, 2019

Belajar Menjaga Ambisi dari Cristiano Ronaldo




UEFA Champions League 2019-2020 segera menghadirkan laga-laga tim elite Eropa. Semua punya jagoan untuk diunggulkan, namun ada Cristiano Ronaldo untuk diperhatikan.

Pada 5 Februari kemarin, Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro, demikian nama lengkapnya, mencapai usia 34 tahun. Sebuah usia yang bagi sebagian pesepak bola sudah memasuki batas mengambil keputusan: pensiun!

Okelah kalau belum mau pensiun. Pada usia 33 tahun ke atas, biasanya pesepak bola top dunia mulai "melepas pedal gas" pelan-pelan dengan cara mengurangi tekanan dan ketegangan di level atas.

Memang hal ini bukan sebuah kepastian, namun lebih kepada situasi yang kerap terjadi. Tak percaya? Lihat bagaimana Wayne Rooney yang sempat "menghindari Premier League" dengan mencicipi kompetisi Liga Amerika Serikat alias Major League Soccer bersama DC United pada Juni 2018.

Memang, mantan striker Manchester United ini kembali ke Inggris tanpa memenuhi kontrak bermain selama 3,5 tahun bersama DC United. Tetapi, Rooney memilih kompetisi Championship, selevel di bawah Premier League, untuk membela Derby County.

Berapa usia Wayne Rooney? Pada 24 Oktober 2019, ia berusia 34 tahun. Sama seperti Ronaldo, bukan?

Ada beberapa contoh lain dengan kisah senada, termasuk Bastian Schweinsteiger yang meninggalkan Man. United dan pindah ke Chicago Fire (MLS) sejak Maret 2017. Usia Schweinsteiger saat ini adalah 35 tahun.

Kembali ke Ronaldo. Sikap profesionalitas yang ia jaga membawa Ronaldo pada frekuensi tinggi bertahun-tahun. Sejak bergabung bersama Man. United dari Sporting CP pada 2003-2004 hingga kini membela Juventus di Italia, sikap dan ambisinya di lapangan seolah tidak ada perubahan.

Sebagai pesepak bola, karier Cristiano Ronaldo komplet di klub dan timnas Portugal. Mungkin, hanya gelar Piala Dunia yang membuat kesempurnaan sebagai pemain sepak bola tidak terwujud. Usia boleh bertambah, api ledakan Ronaldo di lapangan tak pernah berubah. Seolah ia ingin meraih gelar juara pertama sepanjang karier.

Namun, sebagai manusia, ada sebuah penyesalan atau mungkin lebih tepatnya kesedihan mendalam yang mampu membuat air mata Ronaldo menetes dari kelopak matanya.

Adalah sebuah kesedihan luar biasa ketika Ronaldo sangat berharap sang ayah dapat melihat kesuksesannya saat ini. "Ia tak melihat ketika saya menjadi pemain nomor satu di dunia. Ia tak melihat melihat saya meraih banyak penghargaan."

Jose, ayah Ronaldo, meninggal akibat gangguan lever karena kecanduan alkohol pada September 2005 pada usia 52 tahun. Saat itu, Ronaldo berusia 20 tahun, musim keduanya bersama Manchester United. Sebuah alasan Ronaldo untuk tidak menyentuh minuman beralkohol dan membawanya bertahan di puncak karier dalam waktu yang sangat lama. (Weshley Hutagalung)

No comments:

Post a Comment