Thursday, March 25, 2021

Setelah Duel "Ecek-ecek", Bagaimana Perkembangan Catur Indonesia?

Siapa yang rutin mengikuti perkembangan catur? Siapa yang rutin mengikuti berita-berita dari cabang olahraga ini? Mereka yang menjawab "bukan saya" kemudian akrab dengan nama Dewa Catur, Dadang Subur, Irene Sukandar, dan tentu saja Dedi Corbuzier.

Bukan sepak bola atau bulu tangkis, adalah catur yang sontak menjadi cabang olahraga pembicaraan publik +62. Popularitasnya menjulang seiring "drama"  perseteruan Dewa Kipas dan Gotham Chess oleh sang penulis: Ali Akbar.

Terlepas dari kesuksesan Ali Akbar memainkan skenario duel sang ayah, Dadang Subur alias Dewa Kipas dengan Gotham Chess. Terlepas dari berhasilnya Dedi Corbuzier mengambil momentum diskusi publik +62. Terlepas dari bantuan GM Irene Sukandar dalam memanaskan "drama" karya Ali Akbar. Pertanyaan saya adalah: apa yang akan dilakukan pengurus catur Indonesia, PERCASI, setelah cabang olahraga binaannya ini sontak hangat dibicarakan orang banyak.

Bahkan, penonton Youtube Dedi Corbuzier yang mencapai lebih dari 1,2 juta orang saat me-live-kan duel "ecek-ecek" antara GM beneran dan tokoh Dewa Kipas di dunia maya, mengalahkan popularitas sepak bola. Maaf, saya memakai istilah duel "ecek-ecek".

Catur jadi tenar. Seolah sepak terjang Dewa Kipas sejajar dengan Utut Adianto, pecatur andalan kita yang sekarang duduk di kursi dewan terhormat di Senayan.

Apakah tayangan live duel Dewa Kipas vs Irene Sukandar di channel Youtube milik Dedi Corbuzier pada Selasa, 22 Maret 2021 adalah bagian dari strategi marketing PERCASI, sebagai rumahnya catur di Tanah Air?

Kalau benar itu adalah silent operation PERCASI untuk mengangkat pamor catur, saya salut dan acungkan 2 jempol. Saya kagum karena Irene mau "mengorbankan" nama baik dan mempertaruhkan gelar Grand Master yang ia miliki untuk melawan pecatur, yang kemudian oleh banyak pihak disebut jauh dari kelayakan berhadapan dengan atlet profesional seperti Irene.

Semua demi mengangkat pamor olahraga catur di Tanah Air. Tapi, apa iya PERCASI mau mengorbankan Irene melawan pecatur yang oleh Kristianus Liem (Kepala Bidang Pembinaan dan Peningkatan Prestasi PERCASI), disebut tidak paham filosofi bermain catur?

Bahkan, dikutip dari pemberitaaan sejumlah media di Tanah Air, Kristianus Liem mengatakan Dadang Subur alias Dewa Kipas tidak mengerti aturan main dalam permainan catur. Tentu yang dimaksud catur profesional. Kesalahan yang dilakukan Dewa Kipas bahkan dicap elementer, sangat mendasar.

Benarkah Dewa Kipas yang menerima bayaran 100 juta rupiah karena kalah duel melawan Irene, tak punya strategi bermain catur? Benarkah Dewa Kipas tak ada ide dan filosofi untuk dihadapkan pada duel melawan Grand Master dan ditonton hingga lebih dari 1,2 juta orang?

Lalu, buat apa duel itu dipanggungkan? Semua demi content? Semua karena perangkap skenario media sosial oleh putra Dewa Kipas yang bernama Ali Akbar?

Pertanyaan saya tak lagi di tataran keraguan (sinis) itu. Melainkan mengarah pada pengurus PERCASI saat ini. Ya, setelah berhasil mendapatkan perhatian publik, apa yang dimiliki pengurus untuk memanfaatkan momentum ini?

Mungkin saja ada program ke depan dengan membawa Irene Sukandar atau sang komentator imut saat duel live kemarin itu, Chelsea Monica, ke hadapan publik. Atau siapalah yang masih berstatus pecatur nasional namun punya daya tarik. Jangan sampai perhatian publik turun karena (gampang) teralihkan hal lain. Ingat, masyarakat kita berkarakter cepat lupa.

Apakah ada peluang bagi masyarakat terbuka untuk menantang Irene duel catur yang juga ditayangkan live di sebuah media dan berharap hadiah jutaan rupiah? Proses saringan pemilihan kandidat penantang pastilah dipahami pengurus PERCASI.

Adakah sponsor yang terlihat nyata di akun Youtube Dedi Corbuzier saat duel live sungguh tertarik membantu popularitas catur sehingga menjadi partner PERCASI?

Kalau Dedi bisa menggaet sponsor dan menyediakan hadiah total 300 juta rupiah untuk duel sesaat, harusnya PERCASI bisa lebih dari itu.

Kadang, momentum tidak bisa dipersiapkan. Ia muncul tiba-tiba untuk disergap lewat sebuah program. Dedi menyambar umpan yang dilambungkan Ali Akbar. Di hati saya terdalam berharap acara itu sebenarnya merupakan kerja sama antara PERCASI dan Dedi Corbuzier.

Untuk beberapa saat ke depan, rasanya kita masih akan membaca kisah-kisah lanjutan drama duel Dewa Kipas dan Irene Sukandar. Termasuk hujatan kepada Ali Akbar, sang penulis skenario. Tapi, secara program, apa yang akan dilakukan PERCASI? @Weshley Hutagalung - Jakarta, 23 Maret 2021

No comments:

Post a Comment