Dari Kota Jeddah di Arab Suadi,
Supercoppa Italiana alias Piala Super Italia edisi ke-31 sudah mengantarkan
Juventus menjadi tim Italia pengoleksi gelar terbanyak: delapan!
Nama Cristiano Ronaldo lagi-lagi muncul
sebagai headline. Satu gol dari
Ronaldo ke gawang AC Milan membawanya meraih gelar pertama bersama Juventus.
Itulah koleksi gelar ke-20 CR7,
pesepak bola Portugal yang punya banyak cerita terkait Indonesia.
Tak hanya Juventus, sepak bola
Italia sangat beruntung memiliki Cristiano Ronaldo, salah satu pesepak bola
terbaik di dunia saat ini. Keberadaan CR7 selalu menarik perhatian seluruh
media dan pencinta sepak bola di muka bumi.
Kemauan Ronaldo melakoni tantangan
baru di panggung sepak bola Italia harus diakui berperan mengembalikan Serie A
ke permukaan berita-berita sepak bola untuk menyaingi Premier League di
Inggris dan La Liga di Spanyol.
Saya beruntung menjadi bagian tim
yang membawa Cristiano Ronaldo berkunjung ke Aceh pada 2005 untuk melihat langsung
dampak tsunami.
Oke, tapi cerita kali ini bukan
tentang kehebatan Cristiano Ronaldo dan pertemanannya dengan Martunis, salah
satu korban tsunami yang selamat.
Pertanyaannya adalah: kenapa bermain
di Jeddah, Arab Saudi?
Piala Super Italia 2018 bukan untuk
pertama kali digelar di luar Italia. Amerika Serikat, China, Libia, dan Qatar sudah
pernah “membeli” Piala Super Italia. Ya, negara-negara tersebut menyodorkan
sejumlah uang kepada jawara Serie A dan Coppa Italia yang bertarung dalam nama Supercoppa
Italiana.
Kepada pengelola liga di Italia,
pihak penyelenggara di Arab Saudi dikabarkan menyodorkan uang 20 juta euro. Untuk
Juventus dan AC Milan, keduanya masing-masing pulang membawa 3,5 juta euro atau
sekitar 56,5 miliar rupiah.
Kabarnya lagi, kontrak untuk menggelar
Piala Super Italia di Arab Saudi berlangsung untuk 3 tahun. Artinya, dua tim
terbaik Italia akan bertarung “menghindari” para supporter setia mereka di Italia. Menjauh
dari rumah untuk dua tahun ke depan dan entah di mana lagi setelah itu!
Benarkah hanya sindiran sinis para
pengamat sepak bola itu arti menggelar Supercoppa Italia di luar negeri?
Kalau kita mengikuti sejumlah
pemberitaan menjelang pertandingan Juventus vs AC Milan yang kemudian berujung
skor 1-0 itu, ada faktor harga diri yang dikaitkan dengan “menjual” panggung
Supercoppa Italiana ke luar negeri.
Tentu mengesalkan bila membandingkan
jalan cerita Charity Shield dan kini disebut Community Shield dengan Supercoppa
Italiana.
Community Shield mempertemukan tim
juara Premier League dan Piala FA. Stadion Wembley menjadi panggung keramat.
Kapan Community Shield digelar di
China atau Arab Saudi? Ah, pertanyaan
ini saya jawab dengan: tak akan terjadi selama pengelola sepak bola Inggris
tahu bagaimana mengemas dan menjual event
ini. Ada gengsi yang terlalu tinggi untuk dipertaruhkan.
Charity Shield atau Community Shield
digelar jauh sebelum Supercoppa Italiana. Bila Italia mempertemukan juara Serie
A dan Coppa Italia pada 1989, Inggris sudah melakukan hal serupa secara resmi sejak
1908.
Untuk menjaga kenetralan lokasi
pertandingan dan memainkan, sejak 1974 dipilih stadion tetap dan tidak lagi menggelar
pertandingan di Kota London, Manchester, Birmingham, Liverpool, dan Wolverhampton
secara bergiliran.
Mellennium Stadium sempat menjadi
stadion sementara ketika Empire Stadium alias Wembley yang lama dipermak menjadi
Wembley Stadium yang baru dan menjadi tempat keramat Community Shield sejak
2007.
Kenapa Italia tidak melakukan hal
serupa?
Rasa penasaran itu kemudian menjalar ke Tanah
Air. Tentu saja kita berharap pengelola sepak bola di Indonesia sukses menggelar
Liga Indonesia dan Piala Indonesia di setiap musim yang sama.
Lalu, Stadion Utama Gelora Bung Karno menjadi
pertarungan kedua pemenang kompetisi tersebut. “Road to Senayan” menjadi kisah yang menarik dan ditunggu.
Namun, banyak sekali aspek yang membuat mimpi
ini sulit diwujudkan. Mengelola sepak bola di Indonesia tidak terlepas dari sinergi
antara federasi dan pemerintah dalam banyak hal, termasuk perizinan yang
berhubungan dengan jadwal.
Saat ini, keduanya terkesan berjalan sendiri-sendiri dengan mengumbar mimpi yang sama... semua demi kebaikan sepak bola Indonesia.
Masuk ke area pengelolaan sepak bola di Tanah
Air memang seperti memasuki semak belukar. Terlalu banyak aspek-aspek nonteknis
yang memengaruhi perjalanan sepak bola kita.
Tentu selama sepak bola dijadikan tujuan karena dapat mengharumkan nama bangsa serta memberikan kehidupan bagi banyak
orang, harapan melihat pengelolaan sepak bola nasional yang lebih baik akan tetap
ada. @weshley
No comments:
Post a Comment