Sebelum tahun 2018 berganti, saya
mendapatkan kesempatan berkunjung ke negara yang tim nasionalnya baru menjuarai
Piala Dunia 2018: Prancis.
Kisah
menarik yang ingin saya tuturkan dalam tulisan kali ini bukan tentang tim
nasional asuhan Didier Deschamps atau kehebatan Paris Saint-Germain bersama Edinson
Cavanio, Kylian Mbappe, dan Neymar.
Di Kota
Lourdes, sekitar 5 jam perjalanan naik kereta dari Kota Paris, saya menemukan
hal aneh terkait manusia yang berbahasa Indonesia. Ya, menurut saya aneh.
Sambil
berjalan bersama anak, di hadapan kami ada beberapa orang yang mengarah
berlawanan. Muka Asia… ya saya yakin itu.
Benar
saja, dari beberapa meter saya dapat mendengar mereka berbicara dengan Bahasa Indonesia.
Tahu dong apa yang saya lakukan. Dengan muka
yakin dan memberikan senyuman pertanda senang bertemu sesama warga Indonesia,
saya menyapa, “Halo”.
Alamak.
Harapan saya mendapatkan balasan dengan keramahan yang paling tidak sama dan
mungkin bisa bercakap-cakap sebentar bak bertepuk sebelah tangan.
Keluarga,
ayah-ibu dan dua putri, berlalu begitu saja seolah senyuman saya berarti
pedagang yang menawarkan souvenir.
Saya
yakin sekali mereka tahu bahwa saya juga berasal dari negara yang sama,
Indonesia. Tak perlu mengeluarkan ucapan setelah “halo” karena cukup melihat
jaket dingin yang saya kenakan.
Apakah
lambang Burung Garuda di sebelah kiri dada saya tidak berarti apa-apa bagi
mereka?
Jaket
berwarna biru itu memang memiliki dua logo di dada. Sebelah kanan ada logo Nike
dan kiri Garuda. Identik dengan timnas Indonesia, bukan? He he he.
Berada
ribuan kilometer dari tempat tinggal kita dan di negara asing, apalagi dengan
penduduk yang minim berbahasa Inggris, tentu bertemu dengan manusia berbahasa
Indonesia punya makna tersendiri.
Jangan-jangan,
situasi persepakbolaan kita membuat sekelompok orang di Tanah Air menjadi antipati
dengan sepak bola Indonesia. Bahkan dengan melihat jaket berlogo Garuda di
dada.
Ah, semoga tidak ya. Semoga
kecurigaan saya ini hanya pelampiasan kekecewaan karena senyuman yang tidak
berbalas.
Selain jaket tebal dengan lambang Garuda di
dada, dalam perjalanan ke beberapa negara Eropa itu saya juga membawa t-shirt bertuliskan “Indonesia” dengan lambang “Garuda” di dada.
Ada
kebanggaan bahwa saya warga Indonesia. Ada harapan bahwa sepak bola Indonesia
akan memiliki prestasi yang bisa dibanggakan suatu hari ini. Amiiiinnnn.
Impian saya,
sepak bola Indonesia tidak melulu dikuasai pembahasan masalah dan masalah. Ada kisah
prestasi yang ingin kita bagikan ke negara-negara lain sehingga mereka lebih
mengenal Indonesia dan sepak bola kita.
Harapan itu yang menjaga kecintaan saya terhadap sepak bola Indonesia. Kalau
kita tidak memiliki harapan, buat apa sepak bola itu ada di nusantara dan kita
cintai, bukan?
No comments:
Post a Comment