Siapa pesepak bola terbaik Asia saat ini? Beragam jawabannya. Tergantung
apa kriteria dan siapa yang memutuskan predikat bergengsi tersebut.
Untuk tahun ketiga, saya diminta menjadi salah
satu pemberi suara menentukan pesepak bola terbaik di Asia oleh sebuah grup media massa di
China bernama Titan Sports Media Group.
Sejak 2016, 2017, dan yang mungkin
menjadi suara saya terakhir, 2018, media Indonesia diwakili oleh Tabloid BOLA
dan BolaSport.com.
Memang tak harus wartawan yang
berstatus Pemimpin Redaksi untuk dipercaya memberikan suaranya memilih pesepak
bola terbaik di kawasan Asia. Namun, permintaan Mr Billy tak elok untuk
ditolak. Oke, saya memberikan pilihan.
Sejak pertama kali memberikan suara,
pilihan pertama saya tak pernah lepas dari penyerang Korea Selatan yang bermain
untuk klub Inggris, Tottenham Hotspur. Ia selalu ada dalam 3 besar.
Jreeeng.
Pilihan saya di pengujung 2018 tokcer. Bersama 44 juri lain, nama Son Heung-min terpilih menjadi
Pemain Terbaik Asia 2018.
Untuk keempat kali, pria yang membawa Korea Selatan
sebagai juara cabang sepak bola Asian Games 2018 di Indonesia itu terpilih
sebagai yang terbaik di Asia versi Titan Sports Media Group.
Penghargaan pertama didapat Son
Heung-min pada 2014, 2015, lalu 2017, dan terakhir 2018.
Tentu pada 2016 nama Shinji Okazaki lebih
tenar. Pesepak bola Jepang itu berhasil menghadirkan mimpi membawa
Leicester City menjuarai Liga Inggris, mengungguli para raksasa seperti Arsenal,
Tottenham Hotspur, hingga dua klub asal Kota Manchester.
Kenapa sih memilih Son Heung-min? Alasan saya tidak berubah dalam 3 tahun
sebagai juri.
Pria berusia 26 tahun kelahiran 8 Juli
1992 itu punya kemampuan bersaing di level atas. Acuannya tentu persaingan yang
ketat di Liga Inggris dan peluang mendapatkan posisi starter menemani bintang
Inggris, Harry Kane.
“Son Heung-min punya peran besar dalam menjaga
performa Tottenhan selalu berada di papan atas Premier League. Ia sanggup beradaptasi
dan bersaing dengan rekan pesepak bola dari Eropa, Amerika Latin, begitu
pula Afrika untuk waktu yang cukup lama. Permainan Son tergolong konsisten bila
tidak diganggu cedera.”
Begitu alasan yang saya berikan ketika
mencamtumkan nama Son Heung-min di kolom teratas dengan nilai tertinggi, yakni 6
poin.
Sejak bergabung dengan klub Kota London itu pada
Agustus 2015, nama Son Heung-min tak runtuh oleh waktu.
Tidak bohong, awalnya saya menduga pembelian Son
dari Bayer Leverkusen pada Agustus 2005 dengan biaya 30 juta euro untuk kontrak
5 tahun kental bernuansa “bisnis”.
Biaya transfer yang “wah” dan menjadikannya
sebagai pesepak bola Asia termahal di dunia tentu harus berdampak baik pada aspek
finansial klub.
Tidakkah kubu Tottenham tertarik menancapkan
posisi mereka di Asia, terutama negara asal Son Heung-min? Tetapi, Son tidak
hanya memberikan daya tarik bisnis, juga prestasi nyata di lapangan.
Kemampuan Son Heung-min beradaptasi dengan lingkungan
baru dengan persaingan sangat ketat di klubnya adalah kunci yang bisa dicontoh
para pesepak bola kita, termasuk mereka yang ingin meraih prestasi di negara orang.
Kini, setelah membawa tim nasional Korsel menjuarai
Asian Games 2018, Son Heung-min mengawal timnas Negeri Ginseng itu berlaga
di Piala Asia 2019 yang berlangsung di Uni Emirat Arab pada 5 Januari hingga 1 Februari.
Son Heung-min berhasil di tanah perantauan. Semoga
suatu waktu ada pesepak bola Indonesia yang mengharumkan nama bangsa di pentas
dunia lewat prestasi di lapangan hijau. @weshley
No comments:
Post a Comment