Monday, January 7, 2019

Suara Indonesia untuk Asia


      Siapa pesepak bola terbaik Asia saat ini? Beragam jawabannya. Tergantung apa kriteria dan siapa yang memutuskan predikat bergengsi tersebut.

Untuk tahun ketiga, saya diminta menjadi salah satu pemberi suara menentukan pesepak bola terbaik di Asia oleh sebuah grup media massa di China bernama Titan Sports Media Group.
         Sejak 2016, 2017, dan yang mungkin menjadi suara saya terakhir, 2018, media Indonesia diwakili oleh Tabloid BOLA dan BolaSport.com.
         Memang tak harus wartawan yang berstatus Pemimpin Redaksi untuk dipercaya memberikan suaranya memilih pesepak bola terbaik di kawasan Asia. Namun, permintaan Mr Billy tak elok untuk ditolak. Oke, saya memberikan pilihan.
         Sejak pertama kali memberikan suara, pilihan pertama saya tak pernah lepas dari penyerang Korea Selatan yang bermain untuk klub Inggris, Tottenham Hotspur. Ia selalu ada dalam 3 besar.
         Jreeeng. Pilihan saya di pengujung 2018 tokcer. Bersama 44 juri lain, nama Son Heung-min terpilih menjadi Pemain Terbaik Asia 2018.

        Untuk keempat kali, pria yang membawa Korea Selatan sebagai juara cabang sepak bola Asian Games 2018 di Indonesia itu terpilih sebagai yang terbaik di Asia versi Titan Sports Media Group.
         Penghargaan pertama didapat Son Heung-min pada 2014, 2015, lalu 2017, dan terakhir 2018.
         Tentu pada 2016 nama Shinji Okazaki lebih tenar. Pesepak bola Jepang itu berhasil menghadirkan mimpi membawa Leicester City menjuarai Liga Inggris, mengungguli para raksasa seperti Arsenal, Tottenham Hotspur, hingga dua klub asal Kota Manchester.
         Kenapa sih memilih Son Heung-min? Alasan saya tidak berubah dalam 3 tahun sebagai juri.
         Pria berusia 26 tahun kelahiran 8 Juli 1992 itu punya kemampuan bersaing di level atas. Acuannya tentu persaingan yang ketat di Liga Inggris dan peluang mendapatkan posisi starter menemani bintang Inggris, Harry Kane.
         “Son Heung-min punya peran besar dalam menjaga performa Tottenhan selalu berada di papan atas Premier League. Ia sanggup beradaptasi dan bersaing dengan rekan pesepak bola dari Eropa, Amerika Latin, begitu pula Afrika untuk waktu yang cukup lama. Permainan Son tergolong konsisten bila tidak diganggu cedera.”
Begitu alasan yang saya berikan ketika mencamtumkan nama Son Heung-min di kolom teratas dengan nilai tertinggi, yakni 6 poin.
Sejak bergabung dengan klub Kota London itu pada Agustus 2015, nama Son Heung-min tak runtuh oleh waktu.
Tidak bohong, awalnya saya menduga pembelian Son dari Bayer Leverkusen pada Agustus 2005 dengan biaya 30 juta euro untuk kontrak 5 tahun kental bernuansa “bisnis”.
Biaya transfer yang “wah” dan menjadikannya sebagai pesepak bola Asia termahal di dunia tentu harus berdampak baik pada aspek finansial klub.
Tidakkah kubu Tottenham tertarik menancapkan posisi mereka di Asia, terutama negara asal Son Heung-min? Tetapi, Son tidak hanya memberikan daya tarik bisnis, juga prestasi nyata di lapangan.
Kemampuan Son Heung-min beradaptasi dengan lingkungan baru dengan persaingan sangat ketat di klubnya adalah kunci yang bisa dicontoh para pesepak bola kita, termasuk mereka yang ingin meraih prestasi di negara orang.
Kini, setelah membawa tim nasional Korsel menjuarai Asian Games 2018, Son Heung-min mengawal timnas Negeri Ginseng itu berlaga di Piala Asia 2019 yang berlangsung di Uni Emirat Arab pada 5 Januari hingga 1 Februari.
Son Heung-min berhasil di tanah perantauan. Semoga suatu waktu ada pesepak bola Indonesia yang mengharumkan nama bangsa di pentas dunia lewat prestasi di lapangan hijau. @weshley

No comments:

Post a Comment