Premierleague.com |
Dalam
keadaan tertekan, dibutuhkan kemampuan untuk mengerahkan segala kemampuan dan
kebersamaan yang kuat. Itulah yang dibutuhkan Liverpool FC saat ini.
Di pekan ke-25 Liga Inggris 2018-2019, Liverpool
masih bertengger di puncak klasemen. Tapi, kali ini selisih poin dengan sang
juara bertahan, Manchester City, kini tinggal 3.
Momentum. Liverpool FC gagal
memanfaatkan momentum dan memperlihatkan kegugupan berada di puncak klasemen.
Benarkah?
Ketika Manchester City tumbang 1-2 di markas
Newcastle United pada pekan ke-24, Selasa (29/1), sehari kemudian Liverpool malah
seri 1-1 menjamu Leicester. Padahal, sebelumnya sulit bagi tim di luar 6 peringkat atas liga untuk mendapatkan poin dari LFC.
Pekan berikutnya, komposisi waktu bertanding
kedua tim pemburu gelar juara ini sama. Liverpool bermain sehari setelah
Manchester City.
Minggu, 3 Februari 2019, hattick Sergio
Aguero membawa Manchester City menekuk Arsenal 3-1 di Stadion Etihad.
Lagi-lagi Unai Emery, pelatih Arsenal, tak sanggup
melawan taktik permainan Pep Guardiola yang memimpin Manchester City.
Catatan duel kedua pelatih ini adalah 8 kemenangan
untuk Pep dan 4 kali seri dari total 12 pertemuan. Timpang!
Manchester City meraih 3 poin di pekan ke-25
sehari sebelum Liverpool bertandang ke markas West Ham United FC.
Eh, benar saja sorotan terhadap kondisi pasukan
Juergen Klopp. Terlihat situasi gugup, grogi, tak nyaman, dan waswas melihat
kejaran Manchester City.
Setelah sempat unggul lewat gol Sadio Mane yang “berbau”
offside, Liverpool harus menyudahi
laga dengan skor 1-1.
Si Merah hanya punya tambahan satu poin ketika
perebutan gelar juara semakin sengit dan membutuhkan kestabilan penampilan.
Penyerang West Ham, Michail Antonio, lagi-lagi
memperlihatkan “kesukaannya” terhadap gawang Liverpool. Ia mencetak gol ke-5 ke
gawang LFC dalam total 7 pertandingan sepanjang kariernya.
Benarkah ucap-ucap bahwa pemain Liverpool tak kuat
menyingkirkan situasi tak nyaman akibat tekanan dari Manchester City?
Benar atau tidak, di saat seperti inilah peran
Juergen Klopp dan tim pelatih bisa menyeimbangkan “kapal oleng” akibat angin badai
dari Kota Manchester.
Liverpool kehilangan 7 poin dalam 5 pertandingan liga
terakhir. Padahal, mereka hanya “melepas” 6 poin dalam 20 laga awal Premier
League musim ini.
Jadi, akankah Liverpool kembali harus menjauh dari "Kelompok 6" pemilik gelar juara Liga Inggris era Premier League yang berlangsung sejak musim 1992-1993?
Tentu semua pihak di kubu The Reds paham, ketika mereka memulai kompetisi, tekanan selalu ada dan ada.
Semua klub yang terjun ke kompetisi tentu ingin mengakhirinya dengan hal baik, terutama gelar juara. Emangnya ada klub yang tidak ingin juara?
Apalagi bila Anda mengelola tim dengan nilai para pemain di pasaran mencapai 15 triliun rupiah. Pasukan Liverpool hanya kalah "murah" dari pasukan Pap Guardiola di Manchester City yang mencapai 18 triliun rupiah.
Pada suatu waktu, Juergen Klopp pernah berkata, "Tantangan bagi Liverpool adalah tetap tenang menghadapi tekanan guna meraih kesuksesan di masa depan."
Bila Liverpool sunguh-sungguh ingin juara (masak sih gak mau?), mereka harus siap menghadapi situasi yang lebih berat dibanding kejadian di markas West Ham.
Februari 2019, panggung Liga Champions kembali menunggu aksi pemain-pemain Liverpool. Tekanan menghadapi Bayern Muenchen jelas lebih berat daripada yang diberikan West Ham.
Februari 2019 pun akan mementaskan drama kelas wahid di Teater Impian ketika Liverpool adu aksi panggung melawan Manchester United.
Pemain-pemain yang bugar, terutama di lini belakang, serta kepala yang terangkat tegak memasuki stadion adalah yang dibutuhkan Juergen Klopp.
Itulah modal LFC untuk menyamai prestasi Manchester United, Arsenal, Chelsea, Manchester City, Blackburn Rovers, dan Leicester City.
Februari bakal berat bagi Si Merah. Ya. Tetapi, Februari juga dikenal menawarkan cinta setiap hari. Adakah cinta itu merapat ke Liverpool? @weshley
No comments:
Post a Comment