Keputusan. Setiap kita harus mengambil keputusan dalam menjalani kehidupan. Keputusan yang tepat akan membuat kita hidup dan bisa menerima masa lalu.
Apa yang paling didambakan seorang atlet? Bertanding dan meraih kemenangan. Peluh dan pengorbanan selama latihan akan ditumpahkan pada sebuah momentum spesial, yakni pembuktian di pertandingan.
Adakah pilihan lain? Tentu saja. Setiap kita dihadapkan pada pilihan, termasuk Sergio Romero. Pria Argentina berusia 33 tahun ini berstatus kiper di Manchester United. Hanya, posisinya kini disebut turun menjadi kiper ketiga setelah manajemen memulangkan Dean Henderson dari Sheffield United yang meminjamnya.
Romero bukannya tak laku, terbukti Everton ingin menggaetnya sebagai pesaing bagi Jordan Pickford untuk meningkatkan level permainan keduanya. Tapiii... isunya deal gak jadi karena sang istri, Eliana Guercio, keberatan dengan sejumlah syarat dari Everton. Soal gaji? Hmmm.
"Pemainlah yang harus duduk dengan manajer dan berkata saya ingin bermain... saya tak senang dengan situasi saat ini... saya harus pergi ke klub baru menjadi kiper kedua bahkan pertama... bisakah kalian melepaskan saya?" Begitu kata Redknapp.
Keputusan berada di tangan Romero atau sang istri?
Ada ungkapan bijak tentang keputusan seperti ini, "Bukan melulu tentang membuat keputusan yang tepat, melainkan tentang mengambil pilihan dan menjadikannya tepat."
Adakah Romero berada dalam situasi ini... membiarkan diri menjadi kiper ketiga Man. United, yang notabene sulit mendapatkan jam bermain, namun tetap mendapatkan bayaran aduhai hingga kontraknya selesai Juni 2021? Tak ada lagikah ambisi menjadi nomor satu dan kembali membela tim nasional Argentina?
Seringkali, keputusan terpenting yang harus kita ambil adalah yang tersulit dalam hidup, untuk diri sendiri, masa depan, dan generasi penerus. Apalagi bila keputusan itu diserahkan kepada orang lain yang punya pemikiran dan harapannya sendiri. Bahaya! @Weshley Hutagalung
No comments:
Post a Comment