Kesedihan saya tentu tak sebanding dengan apa yang dirasakan istri dan empat anaknya yang masih kecil. Para sahabat yang lain pun merasakan kepedihan yang mendalam. Hanya bisa melihat dari jauh saat mengantarkan dia ke tempat peristirahatan terakhir.
Pandemi Corona memang mengkhawatirkan. Dampaknya sudah menyentuh hampir semua sendi kehidupan. Tak terkecuali industri sepak bola. Beberapa negara di dunia memutuskan untuk menghentikan kompetisi. Namun, di sejumlah negara maju, kompetisi liga tetap dijalankan dengan prosedur kesehatan yang sangat ketat.
Penonton dilarang datang ke stadion. Para pemain secara rutin diwajibkan test swab dengan hasil yang tidak ditutup-tutupi. Beberapa pemain yang terdeteksi reaktif, langsung diwajibkan isolasi mandiri. Tak peduli dia pemain bintang atau pemain cadangan.
Ketatnya prosedur kesehatan yang diterapkan membuat pemain sekelas Zlatan Ibrahimovic tak berkutik. Bintang AC Milan ini hanya bisa mengumpat candaan saat dia terdeteksi reaktif Covid 19.
“Saya dites negatif kemarin dan positif hari ini. Tidak ada gejala atau apapun. Covid punya keberanian untuk menantang saya. Ide yang buruk.” Demikian seloroh Ibra.
Pun demikian, Ibra tak bisa melawan. Dia harus mematuhi semua protokol kesehatan yang diberlakukan. Selain Ibra, beberapa pemain di Liga Italia juga terindikasi reaktif meski protokal kesehatan sudah diberlakukan ketat.
Seorang kawan di akun sosmednya mengatakan, kompetisi sepak bola harus berjalan. Tentu dengan protokol kesehatan yang ketat. Masak sepak bola kalah sama Pilkada?
Entah apa relevansinya antara sepak bola dengan Pilkada. Yang jelas, Corona sudah merajalela. Sungguh mengherankan jika masih ada orang yang meremehkan atau bercanda dengan virus mematikan yang bernama Corona. # IG @gatot_widakdo
No comments:
Post a Comment