Monday, September 28, 2020

Sepak Bola Kita, Roda, Poros, dan Penumpang

Pernah membayangkan seperti apa roda berjalan tanpa poros? Tentu roda itu akan berjalan tanpa arah dan oleng untuk kemudian roboh. Bagaimana hidup kita bila tanpa pegangan?

Baru-baru ini, saya mendengar nasihat yang mengingatkan kita akan pentingnya pengendalian dalam hidup. Seperti halnya roda tanpa poros, ia akan berjalan tanpa tujuan. Masak hidup kita seperti itu?

Saya teringat dalam beberapa perbincangan soal sepak bola di negeri ini dan besarnya harapan melihat prestasi lahir dari tim nasional Indonesia. Dengan kekayaan sumber daya manusia, kenapa susah sekali membangun sepak bola berkualitas dan memberikan masyarakat gelar bergengsi?

Tentu komposisi jumlah masyarakat tidak berbanding lurus dengan kepastian membangun budaya sepak bola berprestasi. Kepada para penanya, jawaban saya jelas dan kembali berbentuk pertanyaan, "Di manakah posisi sepak bola di negeri ini?" Pertanyaan yang harus dijawab seluruh pihak terlibat, dari federasi hingga mereka yang memberikan izin keramaian.

Bayangkan sepak bola itu ibarat 2 roda kereta berjalan tanpa poros yang pasti dan diganti sesuka hati oleh sang pengemudi yang silih berganti. Terkadang, ia duduk di belakang kemudi kereta karena terdampar atas situasi, bukan keinginan hati.

Jadi, di mana posisi sepak bola di negeri ini?

Ada sebuah ungkapan bijak seperti ini, "Dengan sedikit bantuan di arah yang tepat, kita dapat membuat sebuah perubahan besar."

Perubahan itu bisa terjadi bila kita memiliki poros yang jelas, kokoh, dan dikendalikan oleh pengemudi yang bukan berstatus penumpang. @Weshley Hutagalung

No comments:

Post a Comment